Wednesday, March 18, 2009

Rotasi Tanaman

Serangan hama ulat dan penyakit pada ratusan hektar tanaman bawang merah di lahan pertanian sekitar Danau Toba, belakangan ini semakin serius. Untuk menyelamatkan sentra bawang merah di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) tersebut, para petani diimbau segera melakukan rotasi tanaman ke komoditas lain yang tidak sejenis.

"Rotasi tanaman atau alih komoditas, merupakan salah satu langkah paling tepat untuk menyelamatkan nasib ribuan petani bawang merah di dataran dan sekitar pantai Danau Toba. Sebab, dengan cara itu siklus hidup hama ulat yang menyerang diharapkan bisa terputus," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura I (UPT BPTPH) Medan Ir John Robert Panjaitan menjawab Kompas di Medan, Rabu (22/10).

Seperti diberitakan, ribuan petani bawang merah yang bercocok tanam sekitar Toba kini terpuruk. Selain harga bawang merah anjlok, sekitar Rp 2.000 per kilogram, juga terjadi serangan hama sejak enam bulan belakangan. (Kompas, 9/10)

Dijelaskan, berdasarkan penelitian petugas UPT BPTPH beberapa waktu lalu, ditemukan peningkatan serangan hama dan penyakit.

Menurut Panjaitan, dari segi usaha pertanaman bawang, serangan hama dan penyakit ini memang perlu ditangani tuntas. Sebab, dampaknya sangat serius karena berpengaruh terhadap luas areal tanaman bawang merah itu sendiri. "Salah satu eksesnya, terjadi penyusutan luas lahan pertanaman bawang merah di Toba. Para petani mengaku enggan menanam bawang merah dan memilih menelantarkan lahan.

Menyusutnya luas lahan pertanaman bawang merah di Toba, kata Panjaitan, terlihat secara nyata di lapangan di mana banyak lahan-lahan eks kebun bawang dibiarkan ditumbuhi semak belukar. Di Desa Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, misalnya, dari sekitar 400 hektar potensi lahan bawang di sana yang ditanami bawang merah saat ini hanya seluas 24 hektar saja. Begitu pula di wilayah Kecamatan Simanindo dan Nainggolan, Kabupaten Toba Samosir, juga terjadi penyusutan drastis luas areal pertanaman bawang.

Dijelaskan pula, menelantarkan areal kebun bawang menjadi semak belukar, sebetulnya juga menjadi bumerang bagi para petani. Sebab, lahan tersebut menjadi habitat hama yang sangat strategis dalam berkembang biak.

"Karena itu, pilihan paling tepat untuk memutus rantai hama dan penyakit adalah mengajak para petani bawang untuk segera melakukan rotasi tanaman. Bisa saja dengan menanam jagung, sayuran atau tanaman lain yang memang tidak sejenis," kata Panjaitan.

Sementara itu, Kepala-Sub Dinas Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman dan Lingkungan (POPTL), Dinas Pertanian Sumut, Chairuddin, mengakui, kawasan sekitar Danau Toba memang sejak lama dikenal sebagai sentra bawang merah sama halnya dengan Brebes di Pulau Jawa. (zul)

Tuesday, March 17, 2009

Hama Tikus Mulai Serang Tanaman Padi di Purbalingga

Hama Tikus Mulai Serang Tanaman Padi di Purbalingga

Purbalingga, Kompas - Hama tikus mulai mengganggu petani di sejumlah desa di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Dalam kurun waktu Oktober 2005-Maret 2006 dan bulan April hama pengerat ini telah menyerang 405 hektar tanaman padi. Dengan rincian 305 hektar tanaman padi Oktober-Maret dan 100 hektar tanaman bulan April 2006.

Hasil ini ini diungkapkan Lilik Purwati, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Purbalingga, di sela-sela acara gerakan gropyokan tikus di Desa Sumilir, Kecamatan Kemangkon, Rabu (26/4) pagi. Bupati setempat, Triyono Budi Sasongko, mengawali gerakan pemberantasan tikus dengan menyulut mercon tikus di lubang tikus.

Dalam kesempatan ini juga ia memberikan bantuan racun tikus dan mercon tikus kepada petani di daerah ini. Mercon tikus sekarang digunakan pemberantasan hama tikus karena cukup efektif.

Sporadis

Menurut Lilik, hama tikus menyerang secara sporadis tanaman padi di sejumlah desa tersebar di 10 kecamatan. Intensitas serangannya masih tergolong ringan. Meski demikian, pemberantasan tikus ini harus dilakukan sejak dini karena perkembangbiakan hama ini sangat cepat.

Menurut Bupati, serangan tikus di daerahnya tidak begitu berpengaruh terhadap produksi padi.

"Untuk orang per orang mungkin berpengaruh tetapi secara keseluruhan tidak akan mengganggu produksi padi," ujar Bupati. Rata-rarta per tahun produksi padi dari daerahnya mencapai 205.453 ton dari areal tanaman padi seluas 31.841 hektar atau dengan rata-rata produksi 6,25 ton per hektar.

Beberapa petani di Desa Sumilir menuturkan, serangan tikus hampir tidak pernah berhenti. Pada setiap musim selalu terjadi serangan meski intensitasnya tergolong ringan.

"Tapi, tikus benar-benar menjengkelkan karena hama pengerat ini tidak hanya merusak tanaman padi tapi juga tanaman palawija," ujar Wedo Sukiran (43), warga Sumilir Kulon.

Selain dengan gropyokan, emposan menggunakan asap serta racun tikus, perburuan tikus ini menggunakan "mercon tikus". Mercon tersebut dimasukkan ke dalam lubang (sarang tikus) dan disulut. Bunyi mercon yang cukup keras mengakibatkan tikus keluar dari lubang (sarang) dalam keadaan limbung dan tinggal membunuh saja.

Di Sumilir Kulon perburuan tikus, menurut Wedo, sudah dilakukan sejak beberapa hari terakhir dengan melibatkan 80 petani dari lima kelompok tani (klomtan).

Monday, March 16, 2009

Hama Tanaman Trangenik

Salah satu faktor pembatas dalam usaha menaikkan produksi tanaman adalah adanya serangan hama. Kerugian yang disebabkan oleh serangan hama di dunia diperkirakan 13% dan produksi total. Di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 10 ribu juta dolar digunakan untuk mengatasi persoalan hama (Gatehouse et a/., 1994). Di Indonesia, pada tahun 1976-1977 lebih dari 450.000 ha sawah yang ditanami padi diserang oleh hama wereng coklat dan kerugian yang disebabkan oleh hama tersebut mencapai 100 juta dolar (Oka dan Bahagiawati, 1982). Hama yang menyerang suatu jenis tanaman adalah suatu kompleks hama. Misalnya tanaman padi sering didatangi oleh hama, tidak hanya wereng coklat tetapi hama Iain seperti penggerek batang, ulat pemakan daun, wereng punggung putih dan hijau, aphid, dan lain sebagainya. Tanaman kapas juga mempunyai kompleks hama yang berbeda dengan tanaman padi. Hama-hama kapas adalah penggerek daun, penggerek batang, penggerek buah, dan Iain sebagainya. Demikian pula dengan jagung, kedelai, dan tanaman lain yang juga mempunyai beberapa hama utama dan hama minornya.
Teknologi yang sampai saat ini sering dipakai untuk pengendalian hama adalah pemakaian insektisida. Teknologi ini merupakan teknologi yang populer karena efeknya dapat dilihat dalam waktu tidak lama setelah aplikasi dan mudah diperoleh bila diperlukan. Namun teknologi ini relatif mahal terutama bagi petani di negara yang sedang berkembang. Di samping itu, teknologi insektisida berbahaya bagi manusia, hewan, dan spesies bukan sasaran serta lingkungan jika dilakukan tidak sesuai dengan prosedur. Penggunaan pestisida secara tidak bijaksana dapat menimbulkan persoalan (1) hama resisten, (2) petani keracunan pestisida, (3) residu pestisida pada hasil pertanian, (4) pengrusakan pada agen pengendali hayati dan serangga polinator, (5) polusi pada air tanah, dan (6) menurunkan biodiversitas serta mempunyai pengaruh negatif pada hewan bukan target termasuk mamalia, burung, dan ikan (Agne et a/., 1995).
Teknologi lain yang dapat dipakai untuk pengendalian hama adalah pemakaian varietas tahan. Di Indonesia, varietas tahan yang telah digunakan untuk pengendalian hama wereng coklat adalah varietas unggul tahan wereng (VUTW). Namun demikian, tidak semua hama mempunyai varietas tahan dan jika ada sumber plasma nutfah yang mengandung gen tahan terhadap hama tertentu jumlahnya sangat terbatas. Misalnya pada tanaman padi, hanya gen tahan wereng coklat dan wereng hijau yang telah diidentifikasi dan dapat digunakan dalam proses perbaikan tanaman untuk tahan hama, sedangkan hama lainnya seperti penggerek batang dan hama pemakan daun, sampai saat ini belum ditemukan gen tahan yang dapat dipakai dalam proses pemuliaan. Demikian juga dengan tanaman lain seperti jagung, kapas, dan kedelai.
Dengan berkembangnya teknologi rekombinan DNA telah membuka pintu untuk merakit tanaman tahan hama dengan rekayasa genetika. Teknologi ini mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan teknologi konvensional, yaitu (1) memperluas pengadaan sumber gen resistensi karena dengan teknologi ini kita dapat menggunakan gen resisten dari berbagai sumber, tidak hanya dari tanaman dalam satu spesies tetapi juga dari tanaman yang berbeda spesies, genus atau famili, dari bakteri, fungi, dan mikroorganisme lain, (2) dapat memindahkan gen spesifik ke lokasi yang spesifik pula di tanaman, (3) dapat menelusuri stabilitas gen yang dipindahkan atau yang diintroduksi ke tanaman dalam setiap generasi tanaman, (4) dapat mengintroduksi beberapa gen tertentu dalam satu event transformasi sehingga dapat memperpendek waktu perakitan tanaman multiple resistant, dan (5) perilaku dari gen yang diintroduksi di dalam lingkungan tertentu dapat diikuti dan dipelajari, seperti kemampuan gen tersebut di dalam tanaman tertentu untuk pindah ke tanaman lain yang berbeda spesiesnya (outcrossing), dan dampak negatif dari gen tersebut di dalam tanaman tertentu terhadap lingkungan dan organisme bukan target (Bahagiawati, 2000a).
Tanaman transgenik Bt mengalami kemajuan komersial yang sangat nyata. Pertama dilepas secara komersial pada tahun 1996 hanya meliputi luas areal 1,1 ha. Pada tahun 1999 luas pertanamannya sudah mencapai 11,7 juta ha yang ditanam di USA, Kanada, Australia, Cina, Afrika Selatan, Spanyol, Perancis, Argentina, dan Meksiko (James, 1999).
Dari pengalaman selama lima tahun, ternyata tanaman transgenik tahan hama dapat menurunkan ketergantungan petani pada pestisida. Dengan demikian, menurunkan polusi lingkungan dan keracunan pada hewan dan manusia, misalnya petani kapas Bt di Arizona, USA. Penanaman kapas Bt pada tahun 1997 menurunkan 5,4 kali semprot untuk hama target pink bollworm dan penghematan tersebut jika diuangkan mencapai US$ 80 per acre (Carriere et ai, 2001). Secara umum, penanaman kapas Bt secara global menurunkan pemakaian pestisida sebesar 10-15% (Roush, 1994).
Pengendalian dengan pestisida maupun varietas tahan (tradisional maupun transgenik) mengalami permasalahan, yaitu resistensi serangga hama terhadap bahan aktif baik di pestisida maupun dalam tanaman (Bahagiawati, 2000b; 2001a; 2001b). Resistensi adalah suatu proses di rnana populasi hama terseleksi dan setelah beradaptasi, dapat hidup dan berkembang biak jika dihadapkan pada suatu jenis pestisida atau tanaman tahan di mana terjadinya proses seleksi dan adaptasi tersebut. Untuk mengendalikan populasi hama tanaman yang telah resisten terhadap pestisida maupun varietas tahan, selain sulit, juga memerlukan biaya yang besar. Resistensi hama mempunyai basis genetik, lingkungan, dan faktor ekologi yang mempengaruhi perkembangan resistensi tersebut. Resistensi ini seyogyanya dapat dikendalikan dengan manajemen resistensi yang sesuai.
Pada saat ini, lebih dari 40 tanaman transgenik telah dilepas secara komersial di dunia. Jumlah ini akan terus meningkat pada tahun-tahun rnendatang (Whalon dan Norris, 1999). Pengalaman membuktikan bahwa hama serangga dapat beradaptasi dengan faktor resisten, sehingga perhatian akan perkembangan serangga menjadi resisten dan cara untuk mengontrol resistensi tersebut harus diperhatikan secara serius. Masalah yang disebabkan oleh daya adaptasi serangga terhadap pestisida dan varietas tahan, baik yang dibuat secara konvensional maupun dengan rekayasa genetika dapat menyebabkan biaya yang tinggi. Biaya ini dapat berupa hilangnya kepercayaan masyarakat petani pada pemerintah/perusahaan penghasil benih dan lembaga terkait lainnya dan dapat menyebabkan masa pakai/jual yang pendek terhadap produk yang dihasilkan. (fit)

Sunday, March 15, 2009

PENYEBAB PENYAKIT DARI DALAM

PENYEBAB PENYAKIT DARI DALAM
Pengaruh Kelembaban Tanah Rendah
Gangguan kelembaban di dalam tanah mungkin bertanggung jawab terhadap
lebih banyaknya tumbuhan yang tumbuh jelek dan menjadi tidak produktif
sepanjang musim. Kekurangan air mungkin juga terjadi secara lokal pada jenis
tanah tertentu, kemiringan tertentu atau lapisan tanah yang tipis yang dibawahnya
terdapat batu atau pasir. Tumbuhan yang menderita karena kekurangan
kelembaban tanah biasanya tetap kerdil, hijau pucat sampai kuning terang,
mempunyai daun, bunga dan buah sedikit, kecil dan jarang, dan jika kekeringan
berlanjut tumbuhan layu dan mati.
Walaupun tumbuhan setahun jauh lebih rentan terhadap periode pendek
kekurangan air, tetapi tumbuhan dan pepohonan juga dapat rusak dengan periode
kering yang berlangsung lama dan menghasilkan pertumbuhan yang lambat, daun
menjadi kecil dan hangus, ranting pendek, dieback, defoliasi (pengguguran daun),
dan akhirnya layu dan mati. Tumbuhan yang lemah karena kekeringan juga lebih
rentan terhadap serangan patogen dan serangga tertentu.
Pengaruh Kelembaban Tanah Tinggi
Akbat kelebihan kelembaban tanah yang disebabkan banjir atau drainase
yang jelek, bulu-bulu akar tumbuhan membusuk, mungkin karena menurunnya
suplai oksigen ke akar. Kekurangan oksigen menyebabkan sel-sel akar mengalami
stres, sesak napas dan kolapsi. Keadaan basah, an-aerob menguntungkan
pertumbuhan mikroorganisme an-aerob, yang selama proses hidupnya membentuk
substansi seperti nitrit, yang beracun bagi tumbuhan.
Kekurangan Oksigen
Tingkat oksigen rendah yang terjadi pada pusat buah atau sayuran yang berdaging
di lapangan, terutama selama periode pernapasan cepat pada suhu tinggi, atau pada
penyimpanan produk tersebut di dalam tumpukan yang besar sekali. Contoh dari
kasus ini adalah berkembangnya penyakit yang disebut blackheart pada kentang,
yang dalam suhu cukup tinggi merangsang pernapasan dan reaksi enzimatik yang
abnormal pada umbi kentang. Suplai (penyediaan) oksigen sel pada bagian dalam
umbi tidak mencukupi untuk mendukung peningkatan pernapasan, dan sel tersebut
mati karena kekurangan oksidasi. Reaksi enzimatik yang diaktivasi oleh suhu tinggi
dan kurang oksidasi berjalan sebelum, selama dan sesudah kematian sel. Reaksi
tersebut secara abnormal mengoksidasi penyusun tumbuhan yang normal menjadi
pigmen melanin hitam. Pigmen tersebut menyebar ke sekitar jaringan umbi dan
akhirnya menjadikan umbi tampak hitam.
Cahaya
Kekurangan cahaya memperlambat pembentukan klorofil dan mendorong
pertumbuhan ramping dengan ruas yang panjang, kemudian menyebabkan daun
berwarna hijau pucat, pertumbuhan seperti kumparan, dan gugurnya daun bunga
secara prematur. Keadaan tersebut dikenal dengan etiolasi. Tumbuhan teretiolasi
didapatkan di lapangan hanya apabila tumbuhan tersebut ditanam dengan jarak
yang terlalu dekat atau apabila ditanam di bawah pohon atau benda lain.
Kelebihan cahaya agak jarang terjadi di alam dan jarang merusak tumbuhan.
Banyak kerusakan yang berhubungan dengan cahaya mungkin akibat suhu tinggi
yang menyertai intensitas cahaya tinggi.
Polutan Udara
Hampir semua polutan udara yang menyebabkan kerusakan pada tumbuhan
berbentuk gas, tetapi beberapa bahan yang berupa partikel atau debu juga
mempengaruhi vegetasi. Beberapa gas kontaminan seperti etilen, amoniak, klorin
dan kadang-kadang uap air raksa, menyebarkan pengaruh buruknya melewati
daerah tertentu.

Saturday, March 14, 2009

PENYEBAB PENYAKIT TANAMAN (ENVIRONMENT)

PENYEBAB PENYAKIT TANAMAN (ENVIRONMENT)

Tumbuhan umumnya tumbuh pada kisaran suhu 1 sampai 40 OC, kebanyakan
jenis tumbuhan tumbuh sangat baik antara 15 dan 30 OC. Tumbuhan berbeda
kemampuan bertahannya terhadap suhu ekstrim pada tingkat prtumbuhan yang
berbeda. Misalnya, tumbuhan yang lebih tua, dan lebih keras akan lebih tahan
terhadap suhu rendah dibanding kecambah muda. Jaringan atau organ berbeda dari
tumbuhan yang sama mungkin sangat bervariasi kesensitifannya (kepekaannya)
terhadap suhu rendah yang sama. Tunas jauh lebih sensitif (peka) dibanding daun
dan sebagainya.
Pengaruh Suhu Tinggi
Pada umunya tumbuhan lebih cepat rusak dan lebih cepat meluas
kerusakannya apabila suhu lebih tinggi dari suhu maksimum untuk pertumbuhannya
dibanding apabila suhu lebih rendah dari suhu minimum. Pengaruh suhu tinggi pada
pertumbuhan berhubungan dengan pengaruh faktor lingkungan yang lain, terutama
kelebihan cahaya, kekeringan, kekurangan oksigen, atau angin kencang bersamaan
dengan kelembaban relatif yang rendah. Suhu tinggi biasanya berperan dalam
kerusakan sunsclad yang tampak pada bagian terkena sinar matahari pada buah
berdaging dan sayuran, seperti cabe, apel, tomat, umbi lapis bawang dan umbi
kentang. Hari dengan sinar matahari terik dan panas maka suhu jaringan buah yang
terdapat di bawah sinar matahari langsung mungkin jauh lebih tinggi dibanding
dengan jaringan buah dari sisi yang terlindung dan dikelilingi udara. Hal tersebut
menghasilkan perubahan warna, kelihatan basah berair, melepuh, dan keringnya
jaringan di bawah kulit, yang menyebabkan permukaan buah lekuk. Suhu tinggi
juga terlibat dalam kekacauan air biji (water core) pada apel dan penurunan oksigen
yang menyebabkan terjadinya blacheart pada kentang.
Pengaruh Suhu Rendah
Kerusakan tumbuhan yang disebabkan oleh suhu rendah lebih besar
dibanding dengan suhu tinggi. Suhu di bawah tiitik beku menyebabkan berbagai
kerusakan terhadap tumbuhan. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang
disebabkan oleh late frost (embun upas) terhadap titik meristematik muda atau
keseluruhan bagian tumbuhan herba, embun upas yang membunuh tunas pada
persik, cherry, dan pepohonan lain, dan membunuh bunga, buah muda dan kadangkadang
ranting sukulen sebagian pepohohonan. Kerusakan yang terjadi bervariasi
tergantung pada tingkat penurunan suhu dan lama suhu rendah tersebut
berlangsung. Kerusakan awal hanya mempengaruhi jaringan vaskular utama yang
lebih meluas yang berselang-selang pada umbi akan menghasilkan nekrosis seperti
jaring. Tingkat kerusakan yang lebih umum, sebagian besar umbi menjadi rusak,
menghasilkan nekrosis yang disebut blotch-type (tipe bisul).
Pengaruh Kelembaban Pengaruh Kelembaban Tanah Rendah
Gangguan kelembaban di dalam tanah mungkin bertanggung jawab terhadap
lebih banyaknya tumbuhan yang tumbuh jelek dan menjadi tidak produktif
sepanjang musim. Kekurangan air mungkin juga terjadi secara lokal pada jenis
tanah tertentu, kemiringan tertentu atau lapisan tanah yang tipis yang dibawahnya
terdapat batu atau pasir. Tumbuhan yang menderita karena kekurangan
kelembaban tanah biasanya tetap kerdil, hijau pucat sampai kuning terang,
mempunyai daun, bunga dan buah sedikit, kecil dan jarang, dan jika kekeringan
berlanjut tumbuhan layu dan mati.
Pengaruh Kelembaban Tanah Tinggi
Akbat kelebihan kelembaban tanah yang disebabkan banjir atau drainase
yang jelek, bulu-bulu akar tumbuhan membusuk, mungkin karena menurunnya
suplai oksigen ke akar. Kekurangan oksigen menyebabkan sel-sel akar mengalami
stres, sesak napas dan kolapsi. Keadaan basah, an-aerob menguntungkan
pertumbuhan mikroorganisme an-aerob, yang selama proses hidupnya membentuk
substansi seperti nitrit, yang beracun bagi tumbuhan. Disamping itu, sel-sel akar
yang dirusak secara langsung oleh kekurangan oksigen akan kehilangan
permeabilitas selektifnya dan dapat memberi peluang terambilnya zat-zat besi atau
bahan-bahan beracun lain oleh tumbuhan.
Tingkat oksigen rendah yang terjadi pada pusat buah atau sayuran yang berdaging
di lapangan, terutama selama periode pernapasan cepat pada suhu tinggi, atau pada
penyimpanan produk tersebut di dalam tumpukan yang besar sekali. Contoh dari
kasus ini adalah berkembangnya penyakit yang disebut blackheart pada kentang,
yang dalam suhu cukup tinggi merangsang pernapasan dan reaksi enzimatik yang
abnormal pada umbi kentang. Suplai (penyediaan) oksigen sel pada bagian dalam
umbi tidak mencukupi untuk mendukung peningkatan pernapasan, dan sel tersebut
mati karena kekurangan oksidasi. Reaksi enzimatik yang diaktivasi oleh suhu tinggi
dan kurang oksidasi berjalan sebelum, selama dan sesudah kematian sel. Reaksi
tersebut secara abnormal mengoksidasi penyusun tumbuhan yang normal menjadi
pigmen melanin hitam. Pigmen tersebut menyebar ke sekitar jaringan umbi dan
akhirnya menjadikan umbi tampak hitam.
Cahaya
Kekurangan cahaya memperlambat pembentukan klorofil dan mendorong
pertumbuhan ramping dengan ruas yang panjang, kemudian menyebabkan daun
berwarna hijau pucat, pertumbuhan seperti kumparan, dan gugurnya daun bunga
secara prematur. Keadaan tersebut dikenal dengan etiolasi. Tumbuhan teretiolasi
didapatkan di lapangan hanya apabila tumbuhan tersebut ditanam dengan jarak
yang terlalu dekat atau apabila ditanam di bawah pohon atau benda lain.
Defisiensi Hara pada Tumbuhan
Tumbuhan membutuhkan beberapa unsur mineral untuk pertumbuhan yang
normal. Beberapa unsur, seperti nitrogen, posfor, kalium, magnesium dan sulfur
dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar yang disebut unsur makro, sedangkan
yang lain seperti besi, boron, mangan, seng, tembaga, molibdenum dan klorin dalam
jumlah kecil yang disebut unsur mikro.

Friday, March 13, 2009

MACAM-MACAM PENYAKIT TANAMAN

MACAM-MACAM PENYAKIT TANAMAN
Secara umum penyakit tumbuhan dapat dapat diklasifikasikan atau
dikelompokan sebagai berikut :
I. Penyakit tumbuhan yang bersoifat infeksi atau (parasit)
1. Penyakit yang disebabkan oleh jamur
2. Penyakit yang disebabkan oleh prokariota (bakteri dan
mikoplasma)
3. Penyakit yang disebabkan oleh tumbuhan tinggi parasit
4. Penyakit yang disebabkan oleh virus dan viroid
5. Penyakit yang disebabkan oleh nematoda
6. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa
II. Penyakit non-infektif, atau abiotik (fisiopath) adalah penyakit
yang disebabkan oleh:
1. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
2. Kekurangan atau kelebihan kelembaban tanah
3. Kekurangan atau kelebihan cahaya
4. Kekurangan oksigen
5. Polusi udara
6. Difesiensi hara
7. Keracunan hara
8. Kemasaman atau salinitas
9. Toksisitas pestisida
10. Kultur teknis yang salah
Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diserang oleh patogen
(parasit) atau dipengaruhi oleh agensia abiotik (fisiopath). Oleh karena itu, untuk
terjadinya penyakit tumbuhan, sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interaksi
antara dua komponen (tumbuhan dan patogen). Jika pada saat terjadinya kontak
dan untuk beberapa saat kemudian terjadi keadaan yang sangat dingin, sangat
panas, sangat kering, atau beberapa keadaan ekstrim lainnya, maka patogen
mungkin tidak mampu menyerang atau tumbuhan mungkin mampu menahan
serangan, meskipun telah terjadi kontak antara keduanya, penyakit tidak
berkembang. Nampaknya komponen ketiga juga harus terdapat untuk dapat
berkembangnya penyakit. Akan tetapi, masing-masing dari ketiga komponen
tersebut dapat memperlihatkan keragaman yang luar biasa, dan apabila salah satu
komponen tersebut berubah, maka akan mempengaruhi tingkat serangan penyakit
dalam individu tumbuhan atau dalam populasi tumbuhan.
Interaksi ketiga komponen tersebut telah umum digambarkan sebagai suatu
segitiga, umumnya disebut segitiga penyakit (disease triangle). Setiap sisi
sebanding dengan total jumlah sifat-sifat tiap komponen yang memungkinkan
terjadinya penyakit. Sebagai contoh, jika tumbuhan bersifat tahan, umumnya pada
tingkat yang tidak menguntungkan atau dengan jarak tanam yang lebar maka
segitiga penyakit – dan jumlah penyakit – akan kecil atau tidak ada, sedangkan jika
tuimbuhan rentan, pada tingkat pertumbuhan yang rentan atau dengan jarak tanam
rapat, maka sisi inangnya akan panjang dan jumlah potensial penyakit akan
bertambah besar. Dengan cara yang sama, patogen lebih virulen, dalam jumlah
berlimpah dan dalam keadaan aktif, maka sisi patogen akan bertambah panjang dan
jumlah potensial penyakitnya lebih besar. Juga keadaan lebih menguntungkan yang
membantu patogen, sebagai contoh suhu, kelembaban dan angin yang dapat
menurunkan tingkat ketahanan inang, maka sisi lingkungan akan menjadi lebih
panjang dan jumlah potensial penyakit lebih besar.

Thursday, March 12, 2009

TANAMAN SEHAT

TANAMAN SEHAT
Tumbuhan dikatakan sehat atau normal, apabila tumbuhan tersebut
dapat melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya sesuai dengan potensi genetik
terbaik yang dimilikinya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup pembelahan, diferensiasi
dan perkembangan sel yang normal, penyerapan air dan mineral dari tanah dan
mentranslokasikannya ke seluruh bagian tumbuhan; fotosintesis dan translokasi
hasil-hasil fotosintesis ke tempat-tempat penggunaan dan penyimpanannya,
metabolisme senyawa-senyawa yang disintesis; reproduksi dan penyimpanan
persediaan makanan untuk reproduksi.
Apabila tumbuhan diganggu oleh patogen atau oleh keadaan lingkungan
tertentu dan salah satu atau lebih dari fungsi tersebut terganggu sehingga terjadi
penyimpangan dari keadaan normal, maka tumbuhan menjadi sakit. Penyebab
utama penyakit baik berupa organisme hidup patogenik (parasit) maupun faktor
lingkungan fisik (fisiopath). Adapun mekanisme penyakit tersebut dihasilkan akan
sangat bervariasi yang tergantung pada agensia penyebabnya dan kadang-kadang
juga bervariasi dengan jenis tumbuhannya. Pada mulanya tumbuhan bereaksi
terhadap agensia penyebab penyakit pada bagian terserang. Reaksi tersebut dapat
berupa reaksi biokimia alami, yang tidak dapat dilihat. Akan tetapi reaksinya dengan
cepat menyebar dan terjadinya perubahan-perubahan pada jaringan yang dengan
sendirinya menjelma menjadi makroskopik dan membentuk gejala penyakit.
Berbagai macam penyakit yang dapat menular, yaitu bakteri, jamur, virus,
mikoplasma, dan tanaman tingkat tinggi. Kekhasan penyakit yang menular adalah
terjadinya interaksi yang terus-menerus oleh faktor-faktor biotik (hidup) atau oleh
faktor-faktor abiotik (fisik atau kimia).
Sel dan jaringan dari tumbuhan sakit biasanya menjadi lemah atau hancur
oleh agensia penyebab penyakit. Kemapuan sel dan jaringan tersebut melaksankaan
fungsi-fungsi fisiologisnya yang normal menjadi menurun, atau terhenti sama sekali
dan sebagai akibatnya, pertumbuhan menjadi terganggu atau tumbuhan mati. Jenis
sel dan jaringan yang terinfeksi akan menentukan jenis fungsi fisiologis yang mulamula dipengaruhinya.
Dapat dicontohkan sebagai berikut:
a. infeksi yang terjadi pada akar (busuk akar) akan mengganggu penyerapan
air dan hara dari dalam tanah
b. infeksi pada pembuluh kayu (layu vaskular atau kanker tertentu) akan
mengganggu translokasi air dan hara ke tajuk tumbuhan
c. infeksi pada daun (becak daun, hawar (blight) daun dan mosaik) akan
mengganggu fotosintesis
d. infeksi pada korteks (kanker pada korteks) akan mengganggu translokasi
hasil fotosintesis ke bagian bawah tumbuhan
e. infeksi pada bunga akan mengganggu reproduksi
f. infeksi pada buah (busuk buah) mengganggu reproduksi dan
penyimpanan makanan cadangan bagi pertumbuhan baru.
Patogen mungkin menyebabkan penyakit pada tumbuhan dengan
cara sebagai berikut :
1. Melemahkan inang dengan cara menyerap makanan secara terus-menerus
dari sel-sel inang untuk kebutuhannya
2. Menghasilkan atau mengganggu metabolisme sel inang dengan toksin,
enzim, atau zat pengatur tumbuh yang disekresinya
3. Menghambat transportasi makanan, hara mineral dan air melalui jaringan
pengangkut
4. Mengkonsumsi kandungan sel inang setelah terjadi kontak